Senin, 13 Mei 2013

Runtuhnya Kejayaan Wartel


Selama apa sih anda mengenal Hand Phone? Ya bagi anda yg dari dulu memang sudah eksis dengan HP, mungkin kehadirannya sudah bukan hal baru lagi di genggaman anda. Namun bagi orang kampung seperti saya, yg bukan serta merta tertinggal dari kemajuan teknologi akan tetapi juga dalam hal budget sebagai prasarananya, rasa rasanya HP itu masih sebuah sesuatu yg baru.
Anggapan demikian mungkin lantaran sebelumnya saya sempat mengenal dan memanfaatkan jasa wartel, hal itu menciptakan compare dalam diri tentang romantika komunikasi dahulu dan saat ini, sehingga semasih wartel belum hilang sepenuhnya dari nostalgia kita, kehadiran telepon selular dalam genggaman masih saja terasa belumlah lampau.
Realitanya, walaupun sebatas suara namun komunikasi pada saat itu belumlah segampang yg dilihat mata pada saat ini. Untuk membicarakan sesuatu yg penting ataupun sekedar melepas rindu, saat itu harus memakai jasa telepon yg disediakan wartel. Dan bagi yg tempat tinggalnya berjarak dengan jangkauan wartel maka muncul satu beban lagi, yaitu urusan transportasi karena bersamaan dengan eksistensi wartel dulu yg namanya sepeda motor belumlah menjamur seperti sekarang, lebih lebih di kampung saya.
Akan bertambah susah lagi apabila yg dihubungi tidak menjawab. Untuk saat ini urusan seperti itu tidaklah terlalu menuai masalah dalam konteks yg ingin dibicarakan bukanlah sesuatu yg penting dan sesegera mungkin, dengan HP yg portable kita bisa setiap waktu sekali mengulangi panggilan, pun tidak demikian besar kemungkinan nomor yg hendak dituju akan melakukan panggilan balik begitu mengetahuinya, lha kalau dulu masa mau telepon balik ke wartel?
Di daerah saya dulu, Purwantoro-Wonogiri, jika hendak ke wartel awalnya harus ke Jawa Timur, minimal harus ke kecamatan Sumoroto, tapi kalau ingin yg lebih terjamin kejernihannya harus ke kota Ponorogo.
Lambat laun akhirnya di Purwantoro pun terdapat wartel, sedikit mengurangi beban dalam hal transportasi serta efesiensi waktu. Makin hari wartel di Purwantoro pun makin pula berimbuh, sehingga memungkinkan orang memilih dimana watel yg terjamin sambungan suarannya, dan tentunya juga mengurangi antrian jikalau secara kebetulan beberapa orang ingin melakukan panggilan telepon dalam waktu yg bersamaan.
Sebagai alternatif dalam mengurai persaingan antar watel, ada satu wartel yg menyediakan layanan penerimaan telepon. Jadi seandainya ada keluarga kita yg merantau di luar daerah ingin membicarakan sesuatu atau hanya sekedar memberi kabar pada kita yg di kampung, maka bisa telepon ke nomor wartel tersebut, dan penjaga watel itu akan mengubah suara yg disampaikan dalam bentuk teks, kemudian selembar kertas yg telah tertulis pesan itu akan diantarkan oleh tukang ojeg ke alamat kita, dan kita hanya dikenakan administrasi untuk membayar jasa tukang ojegnya saja, soal jasa wartel 100% free.
Seiring pesatnya teknologi, satu demi satu operator selular menggercar pembangunan tower di berbagai penjuru bahkan hingga ke pelosok, tidak terkecuali di daerahku. Sedikit demi sedikit orang pun mulai mengenal HP, di dukung sinyal yg makin hari makin kuat serta harga HP yg justru relatif terjangkau hingga kalangan bawah, membuat para pengusaha wartel mulai gragapan memperjuangkan eksisitensinya sebagai mitra para pengguna telepon kabel, dan seperti tinggal menunggu waktu, lambat namun pasti wartel pun satu per satu harus menelan pil pahit lantaran ditinggalkan customer yg beralih ke telepon selular, dan di situ lah masa kejayaan wartel harus runtuh diluluh lantahkan keganasan teknologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar