Keberadaan panggung hiburan yg bertajuk
Orkes Melayu mungkin masih
menjadi suatu ajang komersial yg kontroversional. Yg pro menganggapnya
sebuah seni yg menghibur, sedang kubu yg kontra mengecapnya dengan
beribu macam nilai negatif sehingga mencetuskan gagasan bahwa pementasan
grup musik yg membawakan irama lagu "
koplo" itu tak pantas
dipertontonkan. Entahlah, alasan apa yg mendasari benak mereka sang
kritisi sehingga seolah mengharamkan kehadiran sebuah Orkes Melayu, dari
irama musiknya yg bisa mengundang gairah, busana artis wanitanya yg
tidak menutup aurat, sampai erotisme panggungnya yg dihiasi goyangan
badan tak senonoh oleh para biduan penyanyinya, seakan tak menemui titik
buntu akan ide yg membuahkan kritik pada kepopuleran grup dangdut itu.
Orkes Melayu itu kan sebuah grup pentas yg justru kental dengan alunan
alunan tembang dangdut, mereka justru lebih banyak membawakan tembang
tembang jawa seperti tembang
Campur Sari, yg mana itu merupakan sebuah
budaya daerah, dengan begitu bukankah keberadaan mereka justru
menjunjung tinggi kesenian daerah yg niscaya bakal luntur jika tak
dilestarikan, seperti tembang "
ojo dipleroki" yg syairnya pun
mengingatkan kita untuk tak meninggalkan adat dan budaya ketimuran.
Pun ketenaran suatu nama Orkes Melayu juga terlahir dari angka nol,
mungkin saja mereka dulunya adalah seorang musisi jalanan, lalu
merintisnya dari panggung hiburan lokal, yg melalui tahap demi tahap
serta perjalanan yg panjang hingga akhirnya mereka bisa berkibar bersama
bendera yg digawanginya sekarang, masa setelah kiprahnya meraih
kesuksesan seperti saat saat sekarang mereka harus turun pamor begitu
saja lantaran lemparan sebuah kritikan. Bukankah dari segi karir mereka
adalah sama sama musisi, sama sama insan yg menngeluti dunia musik, sama
sama manusia yg berkecimpung di dunia seni, sama halnya dengan grup
band papan atas yg tengah populer kan?
Soal fashion dan style saat manggung, mungkin kata "
hot" untuk sekarang
ini hanya ada di sedikit dari nama grup Orkes Melayu, itupun bukan dari
nama nama yg tengah melejit seperti
OM. New Pallapa,
OM. Monata,
OM.
Sera, dsb. Sekarang bukan jamannya lagi tampil dengan busana minimalis
dan lenggangan tubuh yg tidak wajar, tren manggung era sekarang justru
lebih tegap untuk menjual suara daripada mengedepankan penampilan yg
semi pornografi.
Wiwik Sagita.
 |
Gisulnya itu loh... |
 |
Nih pas manggung, selalu pakai Yukensi... |
 |
Emang elegan ya pakai Yukensi... |
Artis kelahiran kota Gresik yg identik membawakan tembang
tembang
melow, bukan saja suaranya yg khas dengan nada tinggi, namun
juga khas dengan goyangan
jaipongnya, yg bila dinikmati terkesan pas
banget dengan irama panduan alat musik yg disajikan oleh delapan orang
personil di belakangnya. Rambutnya yg hitam panjang, pipinya yg lesung
saat tersenyum dan giginya yg gisul, dengan khas memakai busana yukensi,
menambah aduhai keindahannya saat melantunkan lagu melayunya. Sama
sekali tak ada unsur yg menunjukkan adanya sebuah erotisme yg menyimpang
dari kesopanan.
Rena KDI.
 |
Auranya lugu... |
 |
Pas lagi manggumg nih... |
 |
Emang se'Anggun namanya... |
Anggun Rezeky Rena Wengi, mengawali kiprah tarik suaranya di ajang
Kontes Dangdut TPI yg akhirnya melekat pada namanya di kancah Orkes
Melayu. Gadis belia berdarah Blitar yg kerap melantunkan lagu "
Mawar
Bodas" bersama
OM. Monata ini tak ubahnya dengan liuk tubuh ala
Wiwik,
jaipongan. Suaranya yg serak serak basah, dipadu dengan aura wajahnya yg
lugu, sangat cocok membawakan tembang yg bersyair sedih dan bernada
kalem.
Ratna Antika.
 |
Senyum dikit lagi donk, biar nampak Gisulnya... |
 |
Yah... Gisulnya masih belum nampak... |
Biduanita asli Banyuwangi ini lebih cocok menyanyikan lagu yg bernada
semi rock, dengan wajah cantik yg juga dihiasi dua buah kegisulan pada
giginya, terasa pantas beraksi di atas panggung menyelaraskan nada irama
rock-dut'nya dengan stylenya yg berbeda dari para sahabatnya,
sepertinya jelita kelahiran 2 September 1990 ini punya inovasi gaya
tersendiri, yg itu berarti menambah nilai akan kreatifitas di bidang yg
ditekuninya.
Agung Juanda.
 |
Lagi duet sama Vivi Rosalita |
 |
Kalau ini sama Lilin Herlina |
 |
Aduh,,, enak banget dirubung lima biduanita... |
Salah satu artis vokal pria, yg dalam penampilannya sering mengenakan
"
blangkon" di kepalanya, mengentalkan nuansa kejawaan tembang yg
dibawakan.
Nah, itu hanya sedikit dari semua artis terkenal yg biasa membintangi
beberapa nama Orkes Melayu yg tengah berkibar. Diamati sedetail apapun
juga, tak terasa adanya sebuah unsur pornografi yg menyimpang dari ajang
hiburan seni musik dangdut. Buat aku, kehadiran Orkes Melayu adalah
murni sebuah hiburan, yg indah untuk disaksikan, didengar, dan diresapi,
tiada niat untukku menantikan adanya sebuah erotisme yg suka menjadi
kontroversi. Apalagi dengan jiwaku yg amat mencintai adat istiadat dan
budaya ala daerahku, sungguh
adem rasa hati ini tatkala mendengarkan
dendangan musik yg megiringi artis favoritku menyanyikan tembang tembang
Campursari Jawa. Jadi jika ada tanya untukku tentang keberadaan
Orkes
Melayu, maka jawabannya,
Kenapa Tidak?